Cari Blog Ini

Kamis, 18 Februari 2016

Goa Ngerong Tuban





Goa Ngerong adalah salah satu goa yang ada di Tuban. Goa ngerong terletak di kecamatan Rengel kabupaten Tuban dan berada tepat di kaki bukit gunung kapur dan dan berada tepat dipinggir jalan raya. Goa Ngerong memiliki lobang dengan panjang 1,8 km potensinya dapat mencapai 30 km. Goa ini adalah goa air yang hanya bisa diarungi dengan perahu karet. Pada kedalaman 1000 meter dapat ditemui air terjun didalamnya. 
Didalam goa Ngerong tersebut terdapat kolam kecil yang di dalamnya terdapat banyak sekali ikan Tawes, ikan Bader (Punctius Javanicius), ikan Nila dan kura-kura raksasa. Di dalam goa tidak hanya ada ikan-ikan dan kura-kura tapi juga ada kelelawar yang hidup pada kedalaman 700 meter. Jutaan kelelawar terlihat spektakuler saat beriringan keluar pada jam 5 sore. Selain alamnya yang indah, ribuan makhluk hidup didalamnya membuat keunikan tersendiri di goa Ngerong. Kebanyakan masyarakat di Tuban masih mempercayai adanya mitos. Salah satu mitos yang ada dituban adalah mitos di goa Ngerong.

Goa Ngerong merupakan salah satu dari beberapa goa yang di jadikan tempat wisata oleh pemerintah. Ngerong berasal dari bahasa jawa yaitu Rong yang berarti lobang. Legenda yang berkembang terkait awal munculnya goa Ngerong ini adalah kisah Raden Arya Bangah.
Diceritakan bahwa Raden Arya Bangah adalah seorang pemimpin kerajaan Gumenggeng yang sedang melakukan pertapaan untuk menyelamatkan wilayahnya dari kekeringan. Selesai bertapa ditemani kedua pengawalnya, kemudian dia membuat sedikit galian lobang di tanah. Ketika Raden Arya Bangah melangkah pergi dari tempat pertapaanya, kemudian galian lobang yang dibuat dia tadi membentuk lobang besar yang kini disebut dengan goa ngerong. Banyak cerita yang beredar di kalangan masyarakat tenteng goa Ngerong mulai dari cerita tentang pertapaan Raden Arya Bangah, tokah Kembangjoyo yang sakti mandraguna hingga cerita tentang kecantikan putri Ngerong.
Kisah tentang putri yang konon bertapa didalam goa Ngerong hingga raganya menghilang, sang putri tersebut digambarkan memakai kebaya dengan selendang dibahunya sambil membawa tas belanjaan khas orang dusun. Menurut cerita sang putri masih kerap terdengar suaranya dan muncul ditengah kesibukan orang nyekar (menabur bunga ).
Goa Ngerong juga memiliki cerita mistis yang terselimuti dibalik keindahanya. Salah satu cerita yang beredar dikalangan masyarakat bahwa ikan dan kura-kura yang menghuni kolam tersebut merupakan jelmaan bidadari dan sinopati kerajaan Gumenggeng yang dikutuk oleh dewa karna membuat kesalahan. Meskipun ikan-ikan itu terlihat sangat jelas dipermukaan kolam, namun ketika dicoba ditangkap sulit sekali menangkapnya. Sebagian masyarakat mempercayai bahwa ikan-ikan itu adalah piaraan putri Ngerong.
Mitos lain yang berkembang di goa Ngerong adalah adanya larangan bagi pengunjung untuk menangkap dan membawa pulang ikan maupun bulus (penyu air tawar) apalagi sampai memakanya, karena jika pengunjung tidak mematuhi larangan tersebut diyakini akan mendapat celaka seusai pulang dari goa itu. Ada yang terserang penyakit, didatangi dedemit atau hantu hingga hewan yang ditangkap di goa Ngerong itu di kembalikan dan lebih buruknya lagi mengakibatkan kematian.
Hewan lain yang hidup di goa Ngerong adalah kura-kura putih yang berdiameter kurang lebih satu meter. juga ada pula ikan tampa mata, khas hewan di goa Ngerong yang akan di dapati di kedalaman 1.000 meter. Disamping keindahan dan ada hal mistis di dalamnya, goa ini memiliki air yang bersih dan jernih yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar seperti mandi, mencuci dan irigasi untuk mengairi sawah di sekitar goa. Apabila anda tertarik dengan goa Ngerong segera datang dan saksikan sendiri keindahan dan ketakjubanya.

Pantai Remen Tuban



Pantai Remen merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang cukup menarik di Tuban, Jawa Timur. Pantai yang terletak di Desa Remen, Kecamatan Jenu, Tuban ini tak hanya memiliki keindahan pasir putih yang dihiasi pohon cemara saja. Namun, juga ada semacam danau yang menjorok sebelum ke laut.
 

Pantai berpasir putih ini resmi dibuka untuk umum pada 22 Februari 2015 lalu dan dikelola oleh pemerintah desa setempat. Meski demikian, harga tiket masuk pantai ini sangat murah. Hanya dengan membayar tiket sebesar Rp2000, pengunjung bisa menikmati keindahan pantai ini.
 
Saat memasuki lokasi pantai, pengunjung akan disuguhi pemandangan indah, berupa hamparan pasir putih yang melingkar menjorok ke laut, sehingga terbentuk sebuah telaga atau danau dengan arus air yang cukup tenang.
 
Di telaga ini, para pengunjung biasanya berenang atau hanya sekadar bermain air dan pasir. Di pantai ini sudah banyak ditemukan penjual makanan, minuman maupun oleh-oleh khas Tuban. Meski begitu, pantai ini sangat bersih tak ada sampah yang berserakan. Tampak tersedia tong-tong sampah di sekitar pantai. Karena memiliki pemandangan yang indah, tak sedikit yang menggunakan pantai ini sebagai obyek fotografi.

Untuk menuju pantai pasir putih tidak sulit. Dari Alun-alun Tuban ambil jalur lurus ke barat yang biasa dilewati bis patas Surabaya-Semarang menuju Desa Jenu. Setelah melewati pasar atau Masjid Jenu masuk pertigaan arah Mentoso pada sisi kanan jalan.
 
Ikuti saja jalan utama yang ada sampai terdapat persimpangan Masjid ringin ambil kanan (mengikuti jalur utama) sampai mentok tikungan SD mentoso. Lurus terus hingga ketemu balai desa remen di sebelah kiri jalan.  10 meter setelah balai desa terdapat tulisan petunjuk arah (ke utara) menuju lokasi pasir putih


Pantai Sowan Tuban


Pantai Sowan merupakan obyek wisata laut diwilayah Tuban Jawa timur dengan pemandangan alam yang indah dan eksotis. Tempat wisata ini lebih dikenal dengan sebutan ‘Wana Wisata Sowan’ sesuai yang tertulis pada pintu masuk kawasan wisata.
Kawasan hutan di tepi pantai sowan dengan luas sekitar 32 jektar ini menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai jenis pepohonan tumbuh subur dikawan wisata ini, mulai dari pohon trembesi, klampis dan mahoni membuat lokasi wisata di tuban ini sebagai kawasan wisata Wana Wisata.
Deretan pohon kelampis di area patai membuat suasana yang seharusnya terasa panas membuat suasana pantai lebih sejuk dan bisa menjadi tempat bersantai dan duduk-duduk dibangku yang sudah disediakan dikawasan tersebut sambil melihat keindahan pantai atau para wisatawan bisa memilih tempat istirahat yang juga sudah disediakan

Bahkan bagi pengunjung yang suka berkemah dapat menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat berkemah yang sangat nyaman sambil menikmati suasana pantai disore hari.Selain itu anda juga bisa melihat aktivitas para nelayan memenagkap ikan dilaut atau bisa juga membeli hasil nelayan melaut sambil menikmati ikan bakar dalam kemah, walaupun menurut warga kawasan itu, selama ini memang belum ada pengunjung yang membeli hasil laut dari nelayan.

Jalur Kendaraan Ke Pantai Sowan
Pantai Sowan terletak  di Desa Bogorejo  Kec bancar atau  sekitar 35 kilometer ke arah barat dari kota Tuban.
Untuk mencapai kawasan wisata sowan dapat dengan kendaraan umum, misalnya dari Surabaya bisa ikut kendaraan jurusan semarang. Dari kota tuban bisa ikut kendaraan jurusan tempat wisata sowan dengan membayar ongkos tujuh ribu rupiah.



Namun bagi pengunjung yang baru mengunjungi kawasan wisata tersebut mungkin akan mengalami sedikit kesulitan karena setelah turun dari kendaraan umum, untuk masuk ke wilayah pantai hanya ada tulisan sederhana di pinggir jalan lalu melanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih setengah kilo meter.
 
Namun bagi anda yang merasa penasaran dengan indahnya pantai sowan, tidak ada salahnya jika mencoba mengunjungi kawasan wisata yang menjadi incaran banyak wisatawan domestik  khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut

Air Terjun Nglirip Tuban

 

 

Air Terjun Nglirip atau dikenal dengan nama Grajagan Nglirip oleh masyarakat sekitar memiliki ketinggian kira-kira 30 meter dan lebar 28 meter dengan air yang jernih mengalir begitu derasnya.  Dibalik air terjun juga akan ditemui sebuah goa yang cukup besar yang konon sering dipakai semedi untuk mencari ilmu.

Sumber mataair air terjun ini berasal dari beberapa sumber air di daerah Hutan Krawak yang berjarak sekitar 3 km dari lokasi dan menyatu di sebuah bangunan dam yang berada di atas air terjun.
Legenda
Legenda Nglirip berawal dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum kerajaan Majapahit. Kala itu sang adipati terpesona melihat kecantikan perawan desa anak dari tokoh sakti di desa tersebut.

Perawan tersebut akhirnya dipinang dan dijadikan istri kesekian dari Adipati. Meski menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, ia tak mau diboyong ke pendopo kadipaten.

Sang anak tersebut, belakangan memiliki kekasih dari rakyat jelata. Tapi, hubungan asmara ini ditentang orangtuanya, baik dari ibunya maupun ayahnya sang adipati. Sang anak minggat dari rumah setelah mengetahui kekasihnya, konon bernama Joko Lelono, tewas dibunuh prajurit kadipaten atas perintah ayahnya.

Sang putri pun akhirnya bertapa di salah satu goa di balik air terjun di tengah hutan, air terjun Nglirip. Putri yang patah hati ini menutup diri menolak ditemui siapapun. Hingga kini sesekali sang putri muncul tengah mengambil air di dasar air terjun Nglirip.
 
Tampak dari Atas
Tampak dari Atas
















Legenda Putri Nglirip

Air terjun Nglirip setiap hari banyak dikunjungi oleh wisatawan yang
tertarik dengan keindahan dan panorama alamnya yang menawan. Selain
itu juga karena tertarik dengan adanya legenda Putri Nglirip yang
begitu kuat melekat dengan keberadaan wisata ini.

Konon menurut legenda itu, pada hari-hari tertentu di salah satu Air
Terjun dapat menyerupai relung batu-batu besar sehingga tampak
seorang putri nan cantik jelita sedang membatik. Ada pula versi yang
lain yang bercerita tentang seorang putri yang berparas menawan
sedang bermain air di bawah air terjun dengan diiringi beberapa putri-
putri pengawalnya yang lain.

Para putri gaib itulah yang dikenal dengan sebutan Putri Nglirip yang
dipercaya oleh warga setempat sebagai "dayang" penghuni lokasi air
terjun. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, yang
jelas di lokasi Air Terjun Nglirip ini memang dapat dirasakan pesona
dan aura misterinya. Terlebih dengan adanya makam seorang aulia
bersama Syech Jabbar yang dikenal dengan nama lain Mbah Jabbar yang
dikeramatkan warga setempat.

Karena itu kepada pengunjung diharapkan untuk tidak berucap dan
berbuat di luar batas kesusilaan. Pasalnya, selama ini menurut -
penjelasan beberapa warga sekitar lokasi- sering terjadi pengunjung
yang kerasukan setan karena mencoba melanggar pantangan-pantangan
tersebut.

Di satu sisi, keberadaan wisata Air Terjun Nglirip memiliki prospek
yang sangat potensial untuk dikembangkan secara lebih lanjut. Tetapi
sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan keseriusan Pemda Tuban
dalam membangun sarana dan prasarana penunjang wisatanya.

Hal itu tampak dari tidak dibangunnya toilet, mushola atau
dibenahinya kembali "shelter" pada beberapa bagian yang telah rusak,
tidak adanya pagar pengaman dan pagar pembatas, tidak adanya petugas
yang mengawasi atau memberikan pertolongan bila sewaktu-waktu terjadi
musibah tak terduga. Belum lagi kurang gencarnya pihak Pemda Tuban
dalam mempromosikannya keindahan air mancur Nglirip tersebut.
(Erleyana)

Tuban berarti “Jeram” dalam bahasa Kawi, yang berarti air terjun. Di kota yang memiliki panjang pantai 65 kilometer itu memang terdapat air terjun yang terletak di kecamatan Singgahan (air terjun nglirip) dan di kecamatan Semanding ( air terjun banyu langse ).

Klenteng Kwan Sing Bio Tuban



Kelenteng Kwan Sing Bio didominasi warna merah, kuning dan hijau yang terang pada bangunannya dengan banyak hiasan berbentuk Naga,lampion dan lilin berbagai ukuran. Dan tentu saja bau Dupa dan Hio yang senantiasa menguar dari dalam kelenteng. Kelenteng Kwan Sing Bio berada di Jalan Raya R.E. Martadinata , Tuban – Jawa Timur. Nikmatnya Oleh-oleh Khas Tuban Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban Cukup mudah menuju ke kelenteng ini karena lokasinya yang berada di tepi jalan raya utama jalur Pantai Utara Jawa dengan banyak angkutan umum yang melintasinya.
Kelenteng Kwan Sing Bio menganut ajaran Tri Dharma yaitu Budha, Tao dan Konghucu dengan pemujaan pada dewa utamanya yaitu Dewa Kwan Kong. Selaras dengan arti nama Kwan Sing Bio yang berarti kelenteng untuk memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong.





Sebelum memasuki kelenteng Kwan Sing Bio, sebuah gerbang dengan bentuk khasnya dan ada replika hewan Kepiting akan menyambut pengunjung kelenteng. Di Indonesia, hiasan kepiting itu konon cuma ada di Klenteng ini.
Hiasan kepiting yang seolah menjadi Ikon Kelenteng Kwan Sing Bio itu ternyata berkaitan dengan sejarah awal kelenteng yang diperkirakan dibangun pada abad 18 ini. Karena dulunya , lokasi dibangunnya kelenteng ini adalah daerah tambak dengan banyak hewan kepiting hidup dan berkembang biak di sekitarnya.

Tak hanya itu, hewan kepiting itu ternyata juga bermakna simbolis karena dipercaya dapat memberi perlindungan pada kelenteng dan umatnya dari pengaruh unsur-unsur jahat sekaligus mengusirnya. Makna-makna simbolis tentang nilai-nilai kehidupan itu juga terdapat pada banyaknya hiasan satwa pada beberapa bagian bangunan kelenteng baik yang berupa relief, patung, lukisan dan sebagainya.

Sekitar 5 meter tepat di belakang gerbang, bangunan utama kelenteng Kwan Sing Bio berdiri dengan anggunnya. Di bagian depan kelenteng dan di dalam bangunan utama pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk terdapat sepasang patung singa dengan posisi duduk . Patung singa ini juga bermakna simbolis sebagai kekuatan dan penjaga kelenteng. 
Di bagian atas pintu masuk kelenteng terdapat lukisan kelelawar. Satwa pemakan buah-buahan ini bermakna membawa keuntungan, kebahagiaan dan panjang umur. Sedangkan di bagian atap kelenteng di bagian depan terdapat hiasan sepasang naga ( Lung ) dengan bola apinya. Hewan pada mitologi Tionghoa ini dipercaya melambangkan kesuksesan, kekuatan dan kemakmuran.
Bangunan utama Kelenteng Kwan Sing Bio terbagi menjadi 3 bagian Ruangan dengan banyak petugas kelenteng yang hilir mudik membantu keperluan umat kelenteng. Ruangan yang pertama di bagian depan untuk membakar dupa dan hio dengan terdapat banyak lilin berbagai ukuran.
Di ruangan ini sambil membakar dupa atau hio, umat kelenteng bersembahyang dengan menghadap utara, ke arah laut. Sedangkan di ruangan yang kedua yang berada di bagian tengah digunakan untuk melakukan sembahyang dan juga menaruh beraneka Buah persembahannya. Untuk ruangan ketiga yang terdapat di bagian belakang inilah terdapat Arca Dewa Kwan Kong dan arca dewa-dewa lainnya yang Dikeramatkan. Umat dan pengunjung kelenteng dilarang keras untuk memotret ruangan ini dengan segala isinya.
Kompleks kelenteng Kwan Sing Bio memiliki luas areal sekitar 4-5 hektar dengan berbagai bangunan dan fungsi, yang menjadikan kelenteng ini dikenal sebagai kelenteng yang paling besar dan luas di Asia Tenggara. Di bagian barat kelenteng terdapat ruangan untuk pembaca jiam sie, kantor, berlatih barongsai dan liang-liong,dan stand souvenir.
Sedangkan di bagian timur terdapat ruangan dengan altar untuk persembahyangan dan di dalamnya terdapat pajangan seekor harimau yang telah diawetkan. Ada juga panggung mini untuk pementasan kesenian wayang potehi.
Di belakang bangunan utama kelenteng terdapat taman yang disebut Taman Dua Naga karena disana terdapat patung sepasang naga. Yang menarik, di belakang taman itu terdapat bangunan Sembilan Gada Suci untuk menyimpan bendera dan panji-panji, barongsai, dan liang-liong khusus untuk persembahyangan dan pemujaan Dewa Kwan Kong. Di dalam ruangan yang berkaca ini juga terdapat patung Dewa Kwan Kong yang berukuran cukup besar. Sementara di bagian luarnya pada sebelah kanan-kiri dan depan terdapat patung-patung para tokoh pembesar dalam sejarah dan legenda Tiongkok .
Patung-patung itu ditampilkan dengan penggarapan pada ekspresi, detail dan warna yang cukup bagus dan menarik. Di belakang bangunan Sembilan Gada Suci terdapat ruangan semacam aula yang cukup luas dengan relief-relief berisi kisah legenda China yang berukuran cukup besar pada dinding di bagian barat dan timur.Salah satu relief itu berkisah tentang Legenda Delapan Dewa ( Pat Sien ) Melangkahkan kaki keluar dari ruangan ini di bagian belakangnya terdapat halaman yang sangat luas. Di halaman inilah terdapat bangunan yang cukup megah laksana istana kaisar China lengkap dengan gerbang, taman , kolam dan jembatan penghubung . Bangunan yang cukup menarik dan artistik ini digunakan sebagai panggung terbuka untuk pentas kesenian ala China. Banyak pengunjung yang masuk ke bangunan ini untuk menikmati keindahannya sambil tak lupa berfoto ria.
Di sebelah barat terdapat bangunan yang berfungsi sebagai tempat makan dan dapur umum. Siapapun dan kapan pun boleh makan disana secara gratis dengan jenis makanan yang disediakan oleh pihak kelenteng. Di belakang bangunan panggung kesenian ini terdapat bangunan bertingkat yang besar dan megah dengan hiasan kepiting di bagian atasnya . Seolah belum lengkap, di kompleks kelenteng ini juga menyusul akan dibangun Pagoda Sembilan Lantai yang sangat megah. Selain Relief dan patung naga dan singa ,pada beberapa bagian bangunan di kelenteng juga terdapat relief dan Ornament bergambar burung phoenix ( Feng ), kuda bertanduk atau Unicorn ( Kili ), kuda ( Ma), rusa, bangau dan harimau dan satwa lainnya dengan arti filosofisnya masing-masing. Kelenteng Kwan Sing Bio sering digunakan sebagai tempat untuk ritual Ciswak atau Fung Shen .
Keduanya adalah ritual untuk membuang sial bagi orang yang sedang bermasalah pada kehidupannya atau yang merasa shio-nya jiong ( bertentangan) dengan tahun baru Imlek 2563 yang bershio naga air. Kedua ritual itu dilakukan dengan membeli seekor atau beberapa ekor Penyu atau kura-kura dan menuliskan doa-doa dan nama yang bersangkutan pada tempurung (karapas) penyu atau kura-kura dalam huruf Cina. Bisa juga dengan melepaskan Burung-burung kecil. Ritual dilakukan di halaman kelenteng oleh petugas pembaca Jiam sie. Setelah dibacakan doa oleh pembaca jiam sie, Penyu, kura-kura dan burung-burung itu kemudian dilepaskan terbang ke alam bebas. Lepasnya penyu, kura-kura atau burung itu ke alam bebas diharapkan lepas pula permasalahan dan kesulitan yang dialami oleh yang bersangkutan.

Selasa, 16 Februari 2016

Pantai Boom Tuban


Merupakan salah satu wisata pantai di kota wali atau yang sering disebut bumi ronggolawe. Untuk menjangkau wisata pantai Boom Tuban, anda tak perlu bersusah payah mencari rute tempat atau lokasi karena wisata pantai Bom Tuban terletak dipusat kota tepatnya di sebelah utara alun-alun kota tuban, bentuknya menjorok semacam tanjung atau semenanjung buatan sekitar 1Km. Pantai bom tuban dulunya merupakan pelabuhan sandaran perahu saudagar untuk melakukan transaksi jual beli seperti rempah-rempah dan kebutuhan lain oleh pihak asing ke tanah jawa, pada zaman kerajaan majapahit. Selain itu pantai bom tuban juga digunakan transit para wali untuk menyebarkan agama islam di tanah jawa yang terbukti adanya makam wali allah yang bersamayam di kota tuban tepatnya di sebelah barat alun-alun tuban atau sebelah masjid agung tuban yakni wali allah Maulanan Makhdum Ibrahim atau yang sering disebut Sunan Bonang.


Wisata pantai Bom Tuban, menyuguhkan eksotisme pantai dengan jalan setapak sampai beberapa ratus meter sampai kebibir pantai.Bekas pelabuhan zaman dahulu yang unik ini terhiasi dengan setiap beberapa meter anda melangkahkan kaki akan menemui gazebo-gazebo keren atau bisa anda sebut gubuk permanen maupun pos istirahat yang bisa anda gunakan tempat tempat berteduh sembari menikmati pantai kota tuban. Didalam lokasi wisata juga terdapat rindangnya pohon hijau yang ditanam oleh pengelola wisata sehingga anda tidak perlu takut kepanasan meski berwisata disebuah pantai.

Didalam lokasi wisata pantai Boom Tuban juga terdapat sumur tua peninggalan belanda, ada juga yang mengatakan peninggalan wali. Sumur tersebut cukup dalam dan konon airnya tidak asin meski terletak dipinggir pantai atau laut.
 
Didalam taman wisata pantai bom tuban pengunjung bisa melakukan jogging ataupun jalan santai bersama teman, sahabat, keluarga, maupun orang terkasih. Selain itu pengunjung juga bisa menikmati sunrise maupun sunset dibawah gazebo-gazebo keren maupun dipinggir bibir pantai.
Selain itu pengunjung juga bisa memancing dipinggiran pantai, buat anda yang hobi memancing.


 Biaya masuk untuk masuk wisata pantai Bom Tuban terbilang cukup relatife murah karena dengan mengeluarkan uang 2.500/orang saja anda sudah bisa mendapatkan tiket untuk bisa masuk menikmati wisata pantai Bom Tuban.
Fasilitas didalam wahana wisata terdapat taman, air mancur, pos gazebo, toilet, serta musholla. Wahana wisata ini terus menerus diperbaiki sehingga bisa jadi degan tambahan failitas-fasilitas wisata buat penggunjung, biaya masuk bisa berubah sewaktu-waktu sesuai aturan dari pengelola wahana wisata tersebut..
 

Goa Akbar Tuban

Goa Akbar merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Uniknya tidak seperti gua alam lain yang kebanyakan berlokasi di tempat yang terpencil, gua ini malahan berada tepat di bawah pasar rakyat.

Nama Akbar konon berasal dari nama sebuah pohon yang tumbuh didepan gua, yakni pohon Abar. Adanya pohon Abar, yaitu pohon yang hidup di dekat pintu masuk goa.



Goa Akbar ini sarat akan cerita religius. Beberapa tempat di Gua Akbar dipercaya pernah menjadi tempat Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang bertapa. Diantaranya seperti ceruk yang diberi nama Pasepen Koro Sinandhi yang artinya tempat pintu yang dirahasiakan. Ceruk ini tampaknya sengaja dibuat sangat kecil pintunya sehingga untuk masuk harus merangkak atau sekurangnya membungkuk. Diyakini ini dimaksudkan bahwa di depan Tuhan semua harus merendahkan diri.

Ada sebuah batu yang disebut Gamping Watu Nogo dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo. Di bawah batu itu terdapat kolam yang terkadang bergolak dan mengeluarkan asap, seakan ada naga di dalamnya.

Gua ini memiliki sumber air alami yang diberi nama Kedung Tirta Agung. Anehnya menurut pemandu wisata disana, airnya baru sederas sekarang setelah tahun 1999, ketika Bupati mengadakan syukuran di dekat sumber mata air tersebut. Dengan menggunakan ayam hitam, di malam takbiran, air pun langsung mengucur deras. Hingga kini, air tersebut dipandang memiliki khasiat, baik untuk kesehatan maupun untuk kekuatan.

Masih banyak lorong yang belum dieksplorasi di Gua Akbar ini, karena ini Tuban sering digelari Kota Seribu Gua. Bahkan seperti salah satu lorongnya yaitu Lorong Hawan Samudra dipercaya berakhir di Pantai Utara Tuban. Menurut penelitian arkeologi, diperkirakan Gua Akbar sudah berusia lebih dari 20 juta tahun. Ditemukannya fosil binatang laut seperti kerang di batu-batu dan dinding gua, yang sampai sekarang dapat dilihat dengan mata telanjang, menguatkan posisi Gua Akbar sebagai gua fosil.

Gua Akbar setelah direnovasi pada tahun 1996 semakin memudahkan pengunjung untuk menikmati keindahannya. Jalur jalan didalam gua sudah dibuat paving block dengan pembatas pagar besi(sebagian diantaranya telah di krom) yang sengaja dipasang agar pengunjung tidak tersesat di dalam gua. Hanya cukup mengikuti jalur yang telah dibuat tersebut otomatis seluruh bagian gua bisa dinikmati.

Di dalam gua juga sudah dipasangi lampu-lampu warna-warni untuk membantu menunjukkan tekstur gua. Adanya sebuah kolam air tawar dengan ikan mas didalamnya memberikan nilai tambah tersendiri bagi pengunjung saat mengunjungi objek wisata ini. Benar-benar tujuan tepat untuk mengisi liburan lebaran Anda kali ini.


Terdapat pula sebuah ruangan yang cukup luas yang disebut Paseban Wali yang dipercaya dulunya digunakan oleh para walisongo untuk berkumpul. Paseban Wali jika dilihat secara seksama mirip dengan ruang pertemuan. Adanya lubang-lubang di langit-langit gua membuat cahaya matahari dapat masuk. Stalaktit dan stalagmit yang ada juga seakan menjadi hiasan ruangan. Ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang tersebut yang mirip sekali podium bagi pembicara.

Ada sebuah batu yang disebut Gamping Watu Nogo dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo. Di bawah batu itu terdapat kolam yang terkadang bergolak dan mengeluarkan asap, seakan ada naga di dalamnya. Gua ini memiliki sumber air alami yang diberi nama Kedung Tirta Agung. Anehnya menurut pemandu wisata disana, airnya baru sederas sekarang setelah tahun 1999, ketika Bupati mengadakan syukuran di dekat sumber mata air tersebut. Dengan menggunakan ayam hitam, di malam takbiran, air pun langsung mengucur deras. Hingga kini, air tersebut dipandang memiliki khasiat, baik untuk kesehatan maupun untuk kekuatan.

Masih banyak lorong yang belum dieksplorasi di Gua Akbar ini, karena ini Tuban sering digelari Kota Seribu Gua. Bahkan seperti salah satu lorongnya yaitu Lorong Hawan Samudra dipercaya berakhir di Pantai Utara Tuban. Menurut penelitian arkeologi, diperkirakan Gua Akbar sudah berusia lebih dari 20 juta tahun. Ditemukannya fosil binatang laut seperti kerang di batu-batu dan dinding gua, yang sampai sekarang dapat dilihat dengan mata telanjang, menguatkan posisi Gua Akbar sebagai gua fosil.

Gua Akbar setelah direnovasi pada tahun 1996 semakin memudahkan pengunjung untuk menikmati keindahannya. Jalur jalan didalam gua sudah dibuat paving block dengan pembatas pagar besi(sebagian diantaranya telah di krom) yang sengaja dipasang agar pengunjung tidak tersesat di dalam gua. Hanya cukup mengikuti jalur yang telah dibuat tersebut otomatis seluruh bagian gua bisa dinikmati.

Di dalam gua juga sudah dipasangi lampu-lampu warna-warni untuk membantu menunjukkan tekstur gua. Adanya sebuah kolam air tawar dengan ikan mas didalamnya memberikan nilai tambah tersendiri bagi pengunjung saat mengunjungi objek wisata ini. Benar-benar tujuan tepat untuk mengisi liburan lebaran Anda kali ini.

Masjid Aschabul Kahfi (Masjid Perut Bumi) Tuban

Sejarah dan Keindahan

Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi itulah nama tempatnya di tuban jawa timur, itu merupakan masjid yang di bangun oleh KH. Shubhan, dan tubanlah yang memiliki tempat untuk bisa mendirikan masjid di dalam perut bumi, awal pembanggunan masjid ini di mulai dari sekitar tahun 2002, dahulunya tempat itu merupakan Gua pembuangan sampah oleh masyarakat dan KH,Subhan membersihkanya dan membangun masjid yang kini dijadikan pondok pesantren juga.



Ketika kita masuk ke dalam masjid ini kita akan memasuki lorong-lorong dalam kecil utnuk masuk ke dalam masjid yang juga di jadikan sebagai pesantren,Selain cukup panjang lorongnya juga berkamar-kamar sehingga seperti layaknya rumah di perut bumi. Karena panjangnya itulah maka oleh pengelola gua tersebut dibuat masjid yang bisa digunakan untuk sembahyang. Oleh karena itu obyek wisata itu di sebut Masjid Perut Bumi atau “Masjid Ashabul Kahfi “.

Masjid yang memiliki nama  "Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi" dapat kita kunjungi Alamatnya   terletak  di Jalan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur.
 
Masjid ini seperti masjid-masjid lanya yakni memiliki Kubah dan gerbang lengka dengan papan Namanya, Untuk Arsitek masjid ini di gagas oleh KH,subhan dan beberapa Negara luar, dan saya lupa negara mana saja yang saya ingat setidaknya ada 4 negara yang ikut dalam Arsitek masjid ini, salah satunya singapura.
 

Seperti pada umumnya, masjid perut bumi ini juga memili kubah, walau kubah tidak terlalu besar tapi identitas masjidnya sudah terasa kental sekali. Dan tak jauh dari tempat tersebut terdapat tempat santai para pengunjung yang terkesan Asri dan menentramkan. Sering terlihat ditempat tersebut orang yang mengamati dan mengagumi keunikan masjid yang baru ditemukan satu satunya ini. Pilar kokoh penyangga pada ruang utama itu juga membuat kesan daya tarik tersendiri bagi pengunjung
 
Pengunjung bisa memasuki Masjid gua ini lewat jalan biasa di pinggir jalan raya. Setelah masuk ke pintu kecil kemudian jalan mulai turun lewat tangga-tangga batu .

Beberapa puluh meter kemudian kita telah masuk ke dalam Masjid perut bumi dengan puluhan kamar-kamar kecil. Setiap kamar dihiasi dengan lampu warna-warni dan juga batu-batu alam yang indah dipandang. Tatkala ditemukan pertama kali sekitar tahun 2002, lokasi masjid perut bumi ini adalah tempat pembuangan sampah.

Untuk mencapai lokasi Masjid perut bumi Tuban ini tidak sulit . dari arah Semarang Masuk ke Kota Tuban terus saja menuju ke Arah Babat . Sampai pertigaan ada tanda arah yang menuju obyek wisata tersebut. Anda bisa naik kendaraan pribadi atau berombongan naik bis, tepat parkirpun tidak jauh dari obyek wisata ini. Tidak ada tiket masuk, tetapi bagi pengunjung yang bawa kendaraan dikenai biaya Parkir Rp. 5.000,-
 



 

Makam Sunan Bonang Tuban


Sejarah dan Keindahan

Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat dia meninggal, kabar wafatnya dia sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi dia sampai ingin membawa jenazah dia ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian dia. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan Nabi Muhammad.


Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubah tembang Tamba Ati (dari bahasa Jawa, berarti penyembuh jiwa) yang kini masih sering dinyanyikan orang.
Ada pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.
 
Beliau juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin. Kitab setebal 234 hlmn ini sudah sangat populer dikalangan para santri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.
Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.
 
Sunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW, kemudian dia kombinasi dengan kesimbangan pernapasan[butuh rujukan] yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ا ل م ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang Dia ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an. Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia. Lokasi Makam di pusat kota Tuban selatan Masjid Agung Tuban, pengunjung yang akan masuk tidak dikenakan biaya.
 

Masjid Agung Tuban

Sejarah dan Keindahan

Masjid ini diperkirakan didirikan pada tahun 1894 dan diresmikan oleh Bupati Tuban Raden Tumenggung Kusumodikun.


Pada Tahun 2004, Masjid Agung Tuban direnovasi untuk ke tiga kalinya meliputi pengembangan 1 lantai menjadi 3 Lantai, Penambahan sayap kiri dan kanan masjid serta penambahan 6 menara masjid. Sehingga pada renovasi tahap ke 3 ini, Bangunan masjid seakan-akan disulap menjadi Istana Ala Negeri Dongeng yang identik dengan keindahan dan kemegahan yang ada di dalamnya. 
Obyek wisata ini sangat digemari bagi para wisatawan terutama bagi yang ingin beribadah sambil menikmati pemandangan di sekitar masjid, sampai menghabiskan waktu dengan melihat sebuah arsitektur megah dan mewah sambil menikmati tiupan angin yang akan membuat suasana di Masjid Agung Tuban menjadi lebih sejuk.  
Selain itu Masjid ini mempunyai daya tarik tersendiri, yaitu dengan letaknya yang berdekatan dengan Makam Sunan Bonang sehingga para wisatawan bisa langsung berkunjung ke Makam Sunan Bonang dengan berjalan kaki saja untuk berwisata Religi. 

Selain itu Masjid Agung terletak di Pusat Kota Tuban, dekat dengan Wisata Pantai Boom, bagi anda yang dating dari luar kota menggunakan kendaraan, bisa parkir di depan area Masjid Agung dengan biaya parkir Rp. 2.000,- s.d Rp. 5.000,-  untuk mengunjungi tiga tempat Wisata sekaligus.